Emas sekali lagi buktikan julukan sebagai pelindung aset saat terjadi permasalahan ekonomi dan politik global. Harga dari logam mulia ini menyentuh puncak tertinggi dalam enam minggu terakhir diatas angka 2.000 Dolar Amerika Serikat per ons setelah indikator resesi dan inflasi, bersama dengan Invasi Rusia ke Ukraina mengirimkan sinyal peringatan bagi pelaku pasar.
Kenaikan emas pada hari Senin karena imbal hasil dari Treasury AS dengan tenor 10 tahun memuncak pada 2,884 persen, yang tertinggi sejak 2018 ketika menyentuh angka 3,050 persen.
Harga emas untuk pengantaran bulan Juni di Comex New York naik 11,50 Dolar Amerika Serikat atau 1,2 persen pada angka 1.986,40 Dolar AS setelah sempat menyentuh angka 2.000,55 Dolar AS. Emas Juni naik 1,7 persen minggu lalu, menambah 1,2 persen dari kenaikan minggu sebelumnya.
Terakhir kali emas menyentuh angka diatas 2.000 Dolar AS per ons adalah 11 maret, dua pekan sejak dimulainya perang Rusia dan Ukraina yang meningkatkan resiko geopolitikal pada seluruh pasar. Sejak saat itu emas berada dalam posisi tidak stabil, sempat menyentuh angka 1.888,30 Dolar AS di Comex tanggal 29 Maret.
Hal yang menarik, kenaikan pada hari senin datang saat indeks Dolar melewati angka 100 yang pertama kali sejak wabah COVID terbaru, yang angka tertingginya melewati tingkat yang dicapai pada Mei 2020. Kedua kubu biasanya bergerak berlawanan arah dan tidak ada yang tahu apakah ini memiliki hubungan tersebut sudah terpatahkan dan tidak kembali dalam waktu dekat.
Lawan inflasi, The Fed percepat naikkan suku bunga
Tekanan inflasi yang dirasakan secara bertubi-tubi memaksa pembuat kebijakan The Fed untuk melaksanakan kenaikan suku bunga tercepat dalam 40 tahun terakhir untuk menekan laju inflasi.
Setelah tingkat kenaikan pandemi COVID hampir menyentuh angka nol, pembuat kebijakan The Fed atau Federal Open Market Comitee yang disingkat FOMC menyetujui kenaikan suku bunga pertama dalam era pandemik pada 16 Maret, menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin atau seperempat poin.
Beberapa anggota FOMC mengatakan bahwa kenaikan suku bunga tersebut terlalu rendah untuk menjinakkan lonjakan inflasi yang bergerak pada kecepatan tertinggi sejak 1980an dan kenaikan yang lebih agresif sebesar 50 basis poin mungkin diperlukan untuk beberapa pertemuan kedepan dimulai sejak pertemuan pertama pada 4-5 Mei.