Permintaan terhadap mata uang Euro melemah kembali ketika dihadapkan melawan Yen Jepang. Saat sesi Asia berlangsung di hari Jumat ini (19/6), pasangan EURJPY mencatatkan penurunan sampai ke 119,80. Penguatan permintaan mata uang Yen Jepang terjadi setelah ada pelemahan nada risiko yang sempat mendominasi pasar keuangan global. Sehingga pada akhirnya EURJPY harus rela kembali mengalami penurunan.
Namun untungnya Euro melemah saat ini tidak sampai menyentuh level yang paling rendah hari Kamis kemarin. Penyebabnya diprediksi adalah karena data dan peristiwa utama dari Jepang yang cukup membebani mata uang negara tersebut untuk menguat di tengah nada risk off.
Sebelumnya Euro sempat mendapatkan dorongan-dorongan positif setelah investor mengharapkan akan ada stimulus tambahan dari AS. Selain itu dorongan positif juga datang dari ECTR bank sentral Eropa. Sayangnya semua sinyal positif itu tetap tidak mampu melawan nada risk off yang masih membebani pasar keuangan global.
Penyebab utama diprediksi adalah karena lonjakan kasus serangan kedua pandemi di AS dan juga China. Beberapa masalah global juga masih membebani permintaan mata uang Euro. Konflik antara AS-China mengenai Hong Kong serta Xinjiang masih menghantui para investor. Selain itu Euro juga digerakkan oleh pembaruan berita mengenai pembicaraan kesepakatan dagang pasca Brexit antara Inggris dan Uni Eropa.
Walaupun Euro melemah, tapi nada risiko pada yield Treasury AS 10 tahun masih bertahan di 0,70%. Sementara itu untuk Nikkei Jepang tampak menerima nada risk off dengan menghapuskan kenaikan hanya menjadi 0,12% sepanjang sesi Asia hari ini. Tapi EURJPY hari ini tidak akan turun lebih dalam mengingat data inflasi konsumen Jepang suram. Meski risk off masih akan memberikan dukungan bagi Yen Jepang.