Lagi-lagi harga minyak tergelincir lagi pada hari ini setelah berhasil menembus level tertingginya pada tahun 2014 yang lalu. Di sesi sebelumnya, minyak didukung oleh strong demand dan gangguan pasokan pada jangka yang pendek. Faktor-faktor dasar seperti itulah yang membatasi kerugian dikarenakan investor senang mengambil keuntungan.
Pada minyak mentah berjangka jenis Brent pun tuurn juga sebesar 71 sen atau sebesar 0,81 persen menjadi ke harga $87,72 per barelnya. Patokan harga global menyentuh di harga $89,13 per barel pada sesi paling akhir dalam pasar perdagangan, yang merupakan titik tertinggi yang pernah dicapai minyak sejak Oktober 2014. Minyak mentah berjangka lain yang turun ada di jenis West Texas Intermediate atau WTI Amerika Serikat yang ikut angkat tengan sebesar 96 sen atau 1,1 persen menjadi harga $86 per barelnya.
Gangguan Pasokan Jangka Pendek Memperketat Harga Minyak dan Pasar
Seorang analis mengatakan bahwa Badan Energi Internasional mengatakan permintaan minyak secara global sedang berada di jalur untuk mencapai tingkat pra-pandemi. Selain itu, ungkap analis itu bahwa gangguan yang terjadi pada pasokan jangka pendek juga membantu memperketat pasar.
Seperti halnya yang terjadi pada Minyak Mentah Berjangka jenis Brent yang menguat tajam setelah laporan pipa minyak utama yang mengalir dari Irak ke Turki yang rusak akibat oleh sebuah ledakan.
Walaupun sempat terganggu oleh ledakan di Turki tersebut, aliran minyak mentah melalui pipa bernama Kirkuk-Ceyhan sudah kembali dilanjutkan setelah diberhentikan pada hari selasa. Kekhawatiran akan pasokan kembali meningkat minggu ini setelah sbeuah kelompok Houthi Yaman mulai menyerang Uni Emirat Arab, yang merupakan produsen terbesar ketiga di suatu Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Sementara itu di negara Rusia, para produsen minyak terbesar kedua di dunina telah mulai membangun kehadiran pasukan yang cukup besar di dekat perbatasan negara Ukraina. Hal ini pun dianggap akan memicu kekhawatiran invasi serta ketidakpastian pasokan berikutnya.
Untuk sementara, stok minyak mentah dan juga bensin di Amerika Serikat sementara persediaan sulingan turun dari minggu lalu, data ini dilihiat dari sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Rabu.
Untuk harga minyak sendiri menurut analis dan pejabat Organisasi Negara Pengekspor Minyak atau OPEC, reli minyak masih bisa berlanjut untuk beberapa bulan kedepan dengan prediksi harga ke $100 per barel dikarenakan adanya lonjakan permintaan yang mengabaikan penyebaran varian Omicron COVID-19.